Penutup

penutup

Hidup berawal pada lahir
Kematian menjadi ujung hidupnya
Tak selamanya kita di dunia
Tetapi kata dariku kekal adanya
Tertanam dalam buku tak berdosa
Karena manusia yang berdosa
Karena mereka lupa akan doa
Doa untuk apa yang ada di depannya
Dan bersyukur atas anugerah yang Kuasa

Manusia, tetaplah manusia
Mereka hina di atas nestapa
Selalu lupa akan kata lupa

24 September 2018, Buku 1, Hal 96

Maha Benar (Mereka)

maha benar (mereka)

Pandangan mereka terhadapku
Hanya berujung daun kelor
Tak jauh, tak penting
Tak Sepadan dengan usahaku

Bermodalkan dua bola mata
Yang busuk menusuk-nusuk
Melihat dari sebatas kata
Tanpa menggunakan perasaan

Tajam tak Tertahankan
Fokus tak tertembus
Mereka yang benar
Mereka yang bijak

Hanya bermodal lirik-melirik
Argumen ambang di atas jurang
Menikung tajam tak bersenjata
Terbunuhnya mereka sendiri

6 Maret 2018, Buku 1, Hal 94-95

Gundah Ganduh Gulana Gepita

gundah ganduh gulana gepita

Seperti daun gugur saat semi
Seperti hujan deras di kala malam
Seperti itu
Seperti indah yang sesaat
Lalu hilang dan menyakitkan

Seperti letusan gunung berapi
Seperti kerasnya sambaran petir
Seperti itu
Seperti emosi yang ditahan
Lalu meluap tak kenal keadaan

Seperti terang ditelan gelap
Seperti riuh disapu sepi
Seperti itu
Seperti hasrat perjuangan ini
Lalu lenyap perlahan mematikan

7 Maret 2018, Buku 1, Hal 92-93

Mengetahui Alasan

mengetahui alasan

Aku yang tak tahu
Alasanku merindukanmu
Alasanku cemaskan dirimu
Alasanku mengorbankan diri demi mu
Alasanku menanti tiap kabar dari mu

Aku yang tak tahu
Aku yang mungkin tahu
Atau kamu tak mengerti aku

20 September 2018, Buku 1, Hlm 91

Sampai Jumpa

sampai jumpa

Biarkan ia terbang bebas
Di langit tanpa bebas
Menuju tempat yang pantas
Kenangannya yang tak berbalas

Aku melihatmu dari bawah
Sembari berdoa agar sah
Seperti mawar merah merekah
Tanpa satu pun kelopaknya pecah

Aku akan terus berdoa
Untukmu yang dulu ku puja
Kala belajar menggugah rasa
Tanpa tahu takut akannya

27 Agustus 2018, Buku 1, Hlm 90

Tidak Terungkap

tidak terungkap by Bram

Kala ia mulai menggambar
Ia telah mengutarakan rasa
Aku menggapai ia yang samar
Dengan menjalin kata-kata

Tak berupaya terucap
Hanya disimpan dalam dada
Hanya kelak abadi tetap
Hanya rasa tak berkata

Terungkap kelak rasa ini
Resah karena terbawa mimpi
Gundah gulana di dalam hati
Seakan itu berlangsung abadi

Maaf kau begitu manis
Rembulan penuh di langit malam
Hamba saja yang miris
Hanya menatap diam terbungkam

6 September 2018, Buku 1, Hlm 88-89

Dengarlah

dengarlah by Bram

Ssstttt diam
Bisa kau dengar itu?
Suara dari orang tak bersalah
Suara dari orang-orang dengki
Suara dari bisikan-bisikan setan

Duaarrr
Kau dengarkan!
Pecahan itu terlempar dari tempatnya
Kesombongan itu merajai tubuhnya
Nyawa itu lepas dari jasadnya

Berhentilah!
Bisa kau dengar ucapanku?
Bisakah kau diam saja?
Atau kau mau bertindak?
Gegabah atau diam-diam?

Aamiin…
Tuhan bisa kau dengar hambamu?
Yang berharap kedamaian di muka bumi
Yang berharap hidup tentram selamanya
Yang berharap kau terima mereka di sisiMU

*ps: Tragedi bom Kampung Melayu 24 Mei 2017
25 Mei 2017, Buku 1, Hlm 86-87

(Ber)Diri

(Ber)diri by Bram

Terkekang dalam balada sukma
Tak jua ia meronta
Kala sunyi ia menjerit
Sadarnya ia telah terhimpit

Terhunus ribuan kata
Tajamnya sepasang mata
Rasa telah membeku
Ada terbujur kaku

Menangis tanpa air mata
Bertanya selalu apa daya
Impian tersesat tak terkait
Hati yang bergegas sakit

Seperti tumpukan bata
Kokoh tak merata
Kelak akan layu
Akan sifatnya lugu

23 Agustus 2018, Buku 1, Hlm 84-85

Seorang Hamba

seorang hamba by Bram

Terima Kasih Tuhan
Ia telah lahir di dunia
Terima Kasih Tuhan
Ia mulai melangkah di dunia

Terima Kasih Tuhan
Aku dapat mengenalnya
Terima Kasih Tuhan
Aku dapat berhadapan dengannya

Terima Kasih Tuhan
Aku merasakan cinta karenanya
Selamanya, Sampai kau memanggilku kembali
Terima Kasih Tuhan

28 Juli 2018, Buku 1, Hlm 83